Cari Blog Ini

Minggu, 03 Juni 2012

CERPEN

KU GORESKAN LUKA DI BINAR MATANYA Oleh: Chikita Nawaristika Cinta.. Dalam hidup ini kita pasti punya cinta. Tentunya cinta yang mengajarkan kita banyak hal menuju kebaikan, bukan cinta yang membawa kita terjerumus pada kesesatan. Cinta adalah bagaimana kita menghargai orang lain, menghargai perasaannya dan juga menghargai hatinya. Menghargai disini bukan berarti kita harus berbohong, tapi menghargai disini maksudnya adalah menghargai apa yang telah dia lakukan untuk kita. Jika kita tak mampu membalas kebaikannya, setidaknya jangan pernah menyakiti hatinya. Cinta itu ibarat bunga yang tertanam dari perkenalan, tumbuh karena pertemuan, berkelopak melalui kerinduan, berdaun karena pengorbanan, bertangkai lewat pengertian, bersemi karena kesetiaan, berputik melalui ketulusan, dan hingga akhirnya berbunga karena kepercayaan. Tapi, cinta itu akan layu karena kepalsuan, mati melalui perselingkuhan, dan pergi hanya karena ke-egoisan. Saat ini dalam sepi ku hanya terdiam, terpaku dan membisu. Hanya rangkaian butiran bening inilah yang selalu setia menemaniku di kala aku mengingatnya, mengingat segala kenangan indah dan pedih yang telah ku lalui bersamanya. Aku tau semua emang udah terjadi, tapi penyesalan dan rasa bersalah ini tak akan pernah hilang dari benakku. Aku tak akan mampu menghapusnya dari bayangku, aku tak mampu melupakan semua kejadian itu dan aku tak akan pernah mampu membuang semua kenangan itu begitu saja. *** Namaku Rigasta Ferraldy Priandika, teman-teman biasa memanggilku Gasta. Aku seorang remaja muda yang selalu berusaha untuk memperbaiki diri. Karena aku menyadari, hidup itu bukan bicara tentang seberapa besar kesalahan kita di masa lalu, tapi hidup itu bicara tentang bagaimana kita di hari ini, bagaimana cara kita untuk memperbaiki diri dan bagaimana cara kita dalam menjalani hari-hari di masa yang akan datang. Aku memang selalu di liputi oleh rasa bersalah jika mengingat semua hal yang udah terjadi di masa laluku. Masa lalu yang mampu membuatku menjadi sosok seperti ini, sosok yang penyabar dan tak mudah marah, sosok yang tak pernah membiarkan ke-egoisan merajai diriku dan sosok yang selalu berusaha untuk berpikir positif. *** 3 tahun yang lalu, aku bertemu dengan sesosok permaisuri impianku. Sosok yang mampu memberi warna hidupku, sosok yang mampu membuatku seperti orang yang paling istimewa di dunia ini. Namanya Neyra Putri Aridya, kami bertemu di salah satu toko sepatu di Kota Malang. Hari itu aku ingin membeli sebuah sepatu untuk ku pakai sendiri. Dan tanpa ku duga, aku melihat Neyra tak sengaja menjatuhkan tumpukan sepatu yang di pajang di toko tersebut. Karena aku merasa tak tega membiarkannya membereskan sepatu-sepatu yang bergeletakan itu, aku pun membantunya. Sambil colongan ngeliyatin dia tentunya. Alangkah indah binar yang terlukis di matanya sehingga tak mampu membuatku memalingkan wajah. Jujur se-umur-umur aku gak pernah merasakan hal ini, jantungku gak pernah berdetak sebegitu kencangnya. Rasanya jantung ini seperti loncat-loncat, salto, jungkir balik, manjat-manjat, gelantungan, dan semacamnya. Entahlah, aku sendiri tak bisa mendeskripsikan sebagaimana gugupnya aku saat memandangnya, memandang binar indah dalam bola matanya. Dengan iseng aku meminta nomor hape dia. Dan kalian tau apa yang terjadi selanjutnya?? Tanpa aku duga sebelumnya. Aku berhasil mendapatkan nomor hape dia, dia memberikannya dengan seulas senyum penuh makna untukku. Dan saat itu juga jiwaku terasa melayang, aku begitu bahagia, bahagia sekali. Mungkin kedengarannya sedikit lebay, tapi itulah yang benar-benar ku rasakan. Sepertinya aku menyukainya, tapi apakah dia juga merasakan hal ini? Debaran si jantung yang tiada hentinya. *** Sejak pertemuan itu, hari-hariku selalu di penuhi oleh sms-sms dari dia. Kita jadi deket, makin deket dan tambah deket. Dia begitu ramah kepadaku, dia begitu baik kepadaku, dan dia begitu perhatian. Apa dia juga menyukaiku? Entahlah, aku tak mau berharap banyak soal hal ini, tapi klo beneran terjadi, aku pasti akan sangat sangat bahagia dan aku akan selalu menjaganya dengan sepenuh hatiku. From : Neyra Gas, kamu mau gak jalan-jalan sama aku? To : Neyra Kemana, ra? From : Neyra Ke alun-alun kota aja gimana? Deket toko yang waktu itu? To : Neyra Iyadeh, ra.. tapi aku mandi dulu ya.. From : Neyra Oke, Gasta.. aku tunggu disana yaa.. Ya Tuhan, dia ngajak aku jalan? Tanpa berpikir panjang, aku mengiyakan ajakannya itu, meskipun aku sama sekali tak menduga hal ini. Aku segera mandi dan aku bergegas ke tempat yang di-inginkan oleh Neyra. Sebenernya aku udah lama menantikan saat-saat ini. Saat dimana dia mengajakku keluar, saat dimana kita bisa pergi berdua-an. Karena aku ingin mengungkapkan isi hatiku kepadanya, isi hati yang begitu menginginkan dirinya menjadi pelukis di hari-hariku, pelukis keindahan dalam hidupku. Sesampainya disana kami pun berjalan ke arah air mancur di jantung alun-alun itu. “Tumben nih, Ra tiba-tiba ngajak aku jalan? Kamu gak malu tah jalan sama aku?” tanyaku yang masih saja dipenuhi rasa terheran-heran. “Aku pengen ngomong berdua sama kamu, Gas. Malu? Kenapa musti malu? Aku gak akan malu lagi klo jalan sama kamu, malah aku seneng, soalnya klo sama kamu, aku bisa jadi diriku sendiri.” Neyra menjawab pertanyaanku dan begitu membesarkan hatiku. Tanpa dia sadari, jawaban yang keluar dari bibir indahnya atas pertanyaanku itu telah berhasil membuat jantungku kembali berdetak begitu kencang. Rasanya seperti ada energi tambahan, energi yang semakin meyakinkanku untuk bisa mengungkapkan rasa yang telah tertanam dalam hati ini untuknya. Tapi tanpa ku duga, tangan Neyra tiba-tiba menggapai tanganku, dia menggenggam tangan ini dan dia bilang.. “Gas, seumpama kamu jadi pacar aku, kamu mau apa nggak?” oh my god, apa dia nembak aku duluan? Kenapa bisa jadi gini? Harusnya kan aku yang nembak dia hari ini. “Klo seumpama ya gak mau, Ra. Tapi klo beneran ya mau akunya, hehehe..” jawabku dengan nada yang enteng dan terkesan bercanda, padahal aslinya nih jantung udah dag dig dug bangetttt. “Aku serius Gas, kamu mau apa nggak jadi pacar aku?” Neyra mengulangi perkataannya dengan nada yang begitu serius. Tanpa pikir panjang, aku pun segera mengiyakan pertanyaan itu. “Mau banget dong, Ra. Siapa coba yang gak mau punya pacar yang cantik banget kayak kamu.” Iya, aku menerimanya, aku menerima dia menjadi pacarku, kekasihku, unyu-unyuku, hahahaha. *** Hubungan kami pun berjalan dengan apa adanya, tak pernah ada pertengkaran di antara kami. Karena kami membuat janji ‘gak boleh ada air mata dalam hubungan ini’ soalnya si Neyra kan sekolah, dia gak mau aja klo masalah hubungannya denganku mengganggu sekolahnya. Aku pun selalu berusaha jadi kekasih yang terbaik buat Neyra, aku gak mau membuatnya kecewa, karena aku tulus menyayangi dia. Tak terasa hubungan kami pun terus berlanjut sampai satu tahun sejak tanggal 15 Maret 2009. Hari itu 15 Maret 2010, aku mengajak Neyra ke Gunung Bromo untuk merayakan hari jadian kita. Kalian mau tau kenapa aku memilih tempat itu? Jawabnya karena Neyra belom pernah kesana. Aku ingin menjadi orang pertama yang mengenalkan kepadanya tempat itu, yang mewujudkan keinginannya untuk bisa menginjakkan kaki di tempat yang penuh keindahan tersebut. Hari itu rasanya aku menjadi orang yang paling spesial buat dia. Kita berdiri di penanjakan dan ini seperti sebuah mimpi yang menjadi nyata. Aku beneran memilikinya, aku beneran bersama dia, dan dia bener-bener menyayangiku. “Seumpama aku di suruh milih suami, aku akan milih suami yang kayak kamu sayang, soalnya kamu itu bukan sekedar pacarku aja, tapi kamu juga bisa jadi temen curhat aku, aku bisa terbuka sama kamu.” Ucapnya seraya mencium pipiku. Akunya sih cuma senyum-senyum aja, tak ada keberanian sedikitpun untuk aku menjawab perkataan Neyra, soalnya aku begitu terkejut, aku gak nyangka banget dia bakalan kayak gitu. Rasa malu dia seperti hilang begitu aja hari itu, padahal di penanjakan itu banyak orang, tapi entah kenapa dia seakan tak mempedulikan mereka, dia tetap mencium pipiku dengan lembut dan tentunya dengan penuh kasih sayang. *** Tapi rasa ini menjadi sedikit terusik di saat ulang tahun dia yang ke-18, tepatnya tanggal 25 Juli 2010. Aku merasakan ada hal yang berbeda pada diri dia. Bukannya berpikir negatif, tapi aku memang tak bisa membohongi apa yang telah aku rasakan. Rasanya ada sesuatu yang mengganjal, sepertinya dia sedang menyembunyikan sesuatu dariku. Sampai akhirnya, seminggu sebelum ulang tahunku, pertengkaran pun terjadi di antara kami, aku mendapati dia sedang berhubungan dengan seorang cowok. Hal ini aku ketahui setelah aku mengambil secara paksa hape dia, karena aku begitu mencurigai semua sikap aneh dia akhir-akhir ini. “Ini siapa??” tanyaku dengan nada yang penuh emosi. “Dia cewek, dia temen satu sekolah aku.” “Tapi kenapa cewek namanya Vian? Kenapa sih kamu gak jujur aja sama aku? Aku kurang perhatian yah sama kamu?” Ucapku dengan nada bicara yang penuh dengan tanda tanya. Sementara Neyra tak sedikitpun menjawab tanyaku, dia hanya terdiam dan menangis. “Udah gini aja, sekarang kamu maunya apa? Klo emang mau putus, ngomong sekarang aja, biar aku gak kepikiran terus.” Lanjutku seraya membentak dia. Mendengar perkataanku itu, Neyra langsung pingsan. Aku panik, aku bingung, dia kenapa? Ada apa dengan dia? Apa aku udah terlalu keras ngomong sama dia barusan? Aku pun langsung mengantarkannya pulang. *** Setelah kejadian hari itu, sama sekali tak ada kabar dari Neyra. Dua minggu pun telah kulalui tanpa dia. Di hari ulang tahunku juga tak ada ucapan dari dia untukku. Hingga hari itu, mama Neyra meneleponku. “Nak, Gasta bisa ke rumah sakit gak sekarang? Tante tunggu yah” ucap beliau di ujung sana dengan nada suara yang sedikit terbata. Rumah sakit? Ya Tuhan, ada apa dengan Neyra? Apa Neyra kenapa-kenapa? Tanpa berfikir panjang, aku pun segera bergegas menuju rumah sakit. Sesampainya di sana, aku mendapati Mamanya Neyra sedang berdiri di depan Kamar Jenazah. Jantungku seperti tersentak, kenapa beliau berada disitu? Siapa yang meninggal? Beliau menyuruhku untuk memasuki ruangan itu. Kalian tau apa yang aku lihat? Aku melihat sesosok permaisuriku itu telah terbaring tak berdaya dengan wajah yang pucat. Seketika rasanya aku seperti hilang tenaga, aku ingin menangis, menangisi kepergiannya, menangisi kesalahanku yang menggoreskan luka di mata indahnya sebelum hari ini, hari dimana aku telah melihatnya terbujur kaku di Kamar Jenazah. Aku belum sempat mengucapkan kata maaf untuknya, aku belum sempat melihat senyumnya lagi, aku belum sempat melihat binar indah di bola matanya untuk yang terakhir kalinya. Aku gak ikhlas sama semua ini. Dengan masih di penuhi tanda tanya akan penyebab kepergian Neyra, aku turut mengantarkannya ke tempat peristirahatan terakhir dia. Disana Mama Neyra menceritakan kepadaku, bahwa sebenernya Neyra mengidap kanker otak. Mengetahui hal itu aku jadi semakin terpukul. Setahuku orang yang menderita kanker otak kan gak boleh kebanyakan mikir, tapi aku malah membentak dia, sampai dia pingsan di hadapanku. Aku tak akan pernah bisa menghilangkan rasa bersalah ini. Aku begitu merasa bersalah, bersalah karena telah menggoreskan luka di binar matanya. Kesalahan yang membuat Neyra pergi untuk selamanya. Pesan terakhir dari Neyra untukku, dia ingin meminta maaf kepadaku karena telah membohongi aku tentang cowok yang biasa sms-an sama dia. Sebenernya dia hanya curhat aja sama cowok itu, dia hanya menceritakan hal yang gak bisa dia ceritakan kepadaku, tentang penyakitnya. Tanpa aku sadari selama 1 tahun lebih aku menjalin hubungan dengannya, dia menyembunyikan hal itu kepadaku, dia sama sekali tak menginginkan aku mengetahui tentang hal itu. Tapi apalah dayaku, semua udah terjadi, kemarahanku yang telah membuatnya koma selama 2 minggu sampai akhirnya dia menghembuskan nafas yang terakhir. *** Sepeninggal Neyra, sempat terlintas di benakku untuk bunuh diri, agar aku bisa menemui Neyra di alam sana, agar aku bisa menyampaikan kata maafku untuknya. Aku udah menyayatkan cutter di tanganku, tapi untung saja tak sampai membuat urat nadiku terputus, karena aku menyadari apa yang akan aku lakukan ini salah. Sampai sekarang, bekas sayatan ini masih membekas di pergelangan tanganku. Semoga ini bisa tetap mengingatkan aku, agar aku tak melakukan kesalahan lagi di hidupku yang selanjutnya. Selamat jalan permaisuriku, semoga kamu tenang di alam sana, semoga kamu memaafkanku. Aku disini akan tetap mengenangmu, mengenangmu sebagai hal terindah yang pernah ada di hidupku, hal terindah yang pernah terlukis dalam perjalananku yang fana ini. Karena aku telah belajar menyayangimu dengan sebuah rasa yang berbeda, bukan hanya dengan sekedar kata-kata. Karena aku telah menyayangimu dengan sebuah ketulusan, bukan dengan sebuah kepalsuan belaka. THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar