Cari Blog Ini

Jumat, 15 Juni 2012

KUMPULAN-KUMPULAN PUISI CHAIRIL ANWAR

    DERAI DERAI CEMARA
  
 cemara menderai sampai jauh
    terasa hari akan jadi malam
    ada beberapa dahan di tingkap merapuh
    dipukul angin yang terpendam

    aku sekarang orangnya bisa tahan
    sudah berapa waktu bukan kanak lagi
    tapi dulu memang ada suatu bahan
    yang bukan dasar perhitungan kini

    hidup hanya menunda kekalahan
    tambah terasing dari cinta sekolah rendah
    dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
    sebelum pada akhirnya kita menyerah

    PUISI KEHIDUPAN
   
Hari hari lewat, pelan tapi pasti
    Hari ini aku menuju satu puncak tangga yang baru
    Karena aku akan membuka lembaran baru
    Untuk sisa jatah umurku yang baru
    Daun gugur satu-satu
    Semua terjadi karena ijin Allah
    Umurku bertambah satu-satu
    Semua terjadi karena ijin Allah

    Tapi… coba aku tengok kebelakang
    Ternyata aku masih banyak berhutang
    Ya, berhutang pada diriku
    Karena ibadahku masih pas-pasan

    Kuraba dahiku
    Astagfirullah, sujudku masih jauh dari khusyuk
    Kutimbang keinginanku….
    Hmm… masih lebih besar duniawiku

    Ya Allah
    Akankah aku masih bertemu tanggal dan bulan yang sama di tahun depan?
    Akankah aku masih merasakan rasa ini pada tanggal dan bulan yang sama di tahun depan?
    Masihkah aku diberi kesempatan?

    Ya Allah….
    Tetes airmataku adalah tanda kelemahanku
    Rasa sedih yang mendalam adalah penyesalanku
    Astagfirullah…

    Jika Engkau ijinkan hamba bertemu tahun depan
    Ijinkan hambaMU ini, mulai hari ini lebih khusyuk dalam ibadah…
    Timbangan dunia dan akhirat hamba seimbang…
    Sehingga hamba bisa sempurna sebagai khalifahMu…

    Hamba sangat ingin melihat wajahMu di sana…
    Hamba sangat ingin melihat senyumMu di sana…
    Ya Allah,
    Ijikanlah

    AKU
   
Kalau sampai waktuku
    ‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
    Tidak juga kau
    Tak perlu sedu sedan itu
    Aku ini binatang jalang
    Dari kumpulannya terbuang
    Biar peluru menembus kulitku
    Aku tetap meradang menerjang
    Luka dan bisa kubawa berlari
    Berlari
    Hingga hilang pedih peri
    Dan aku akan lebih tidak perduli
    Aku mau hidup seribu tahun lagi

    SAJAK PUTIH
   
Bersandar pada tari warna pelangi
    Kau depanku bertudung sutra senja
    Di hitam matamu kembang mawar dan melati
    Harum rambutmu mengalun bergelut senda

    Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
    Meriak muka air kolam jiwa
    Dan dalam dadaku memerdu lagu
    Menarik menari seluruh aku

    Hidup dari hidupku, pintu terbuka
    Selama matamu bagiku menengadah
    Selama kau darah mengalir dari luka
    Antara kita Mati datang tidak membelah

    YANG TERAMPAS DAN YANG PUTUS
   
kelam dan angin lalu mempesiang diriku,
    menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,
    malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu

    di Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru dingin

    aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang
    dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;
    tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang

    tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar